30-31 Agustus 2008. Di bulan keempatnya sejak pertama kali diluncurkan pada bulan April lalu, Perahu Kertas akhirnya berkesempatan mengunjungi kota Jogjakarta, yang merupakan salah satu jantung perbukuan di Indonesia. Sebelumnya, Perahu Kertas sudah mampir ke Bandung dan, tentu saja, Jakarta.
Acara akan digelar di Ambarukmo Plaza, di atrium departemen store Centro. Begitu mendarat pukul 4.30 sore di bandara, saya langsung pergi ke I-Radio untuk wawancara sekaligus promo. Interview di I-Radio berlangsung kurang lebih 1 jam, dan sesudahnya kami langsung pergi ke Ambarukmo Plaza.
Acara baru digelar pukul 7.30 malam. Itu memungkinkan saya untuk bertemu teman-teman saya di Jogja terlebih dahulu. Kepergian saya kali ini ke Jogja ditemani oleh Reza. Sahabat-sahabat yang berhasil kami kontak untuk kopi darat hari ini antara lain adalah Chindy Tan (yang artikel dan komentarnya sering muncul di Dee-Idea), dan Sandi Khalifadani, seorang guru yoga, straight-edger, dan penggemar meditasi. Chindy juga ditemani sahabatnya, Anton, seorang bhikku Maitreya, yang setelah mengobrol lebih lama, baru saya ketahui bahwa Anton inilah yang berjasa mempertemukan saya dengan Chindy di Jogja saat masih promosi Filosofi Kopi, yang akhirnya menjadikan saya seorang vegetarian. Amazing train of events. Ha!
Acara berlangsung cukup seru. Penonton ramai dan antusias. XL menggelar game yakni membaca potongan Perahu Kertas. Sengaja saya pilih potongan yang ada dialog Bahasa Sunda-nya. Lumayan mengocok perut mendengar Bahasa Sunda dalam logat Jawa.
Sebagai penutup, saya menyanyi “Malaikat Juga Tahu”. Ini namanya promo tumpang sari. Heheh. Selain itu, mungkin memang karena banci tampil dari sononya. And that includes Reza. Belum lagi ada piano grand. Tangan langsung gatal, tenggorokan juga.
Kejutan selanjutnya adalah kemunculan Fahd Djibran, penulis muda yang saya kagumi. Saya dan Reza sudah berhari-hari hunting bukunya yang terbaru, “Writing Is Amazing”, tapi stok di Jakarta habis. Akhirnya kami berhasil mendapatkan buku Fahd di Gramedia Ambarukmo Plaza. Sebelumnya, in our desperate attempt, Reza mengirim e-mail ke Fahd, berharap moga-moga dia membuka e-mailnya hari ini, karena kami tidak lagi cara menghubunginya selain via e-mail. Ternyata di belahan Jogja bagian entah, Fahd pun tergerak meminjam komputer temannya untuk mengecek e-mail. Kebetulan, dia sedang berada di area yang sama. Dan bertemulah kami semua.
Pertemuan ini sangat ajaib dan langka. Kami semua saling mengenal lewat blog, tapi tidak semua dari kami pernah saling bertatap muka. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan temu malam Minggu ini di coffee shop tempat saya menginap, di Grand Mercure yang antik dan cozy. Bertemankan lima gelas jus segar, kami mengobrol kurang lebih satu jam. It was certainly a nice rendezvous.
Banyak alasan untuk bahagia hari ini. Download Perahu Kertas ternyata cukup memuaskan, sejauh ini katanya sudah ada lebih dari 60 ribu pelanggan. Tadi, penyiar I-Radio memberi tahu kalau request “Malaikat Juga Tahu” ternyata cukup kencang. And of course, the trip itself was nice too. It’s always lovely to be accompanied with your loved one, and to hang out with your dear friends.
Saya sungguh menanti pelayaran Perahu Kertas berikutnya.
... Sandi, Chindy, saya, Reza, Fahd.
... The rendezvous of five crazy minds.
Sunday, August 31, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Malaikat Juga Tahu makin kencang di Jogja.
ReplyDeleteJogjaaaa...... Jogja! ^_~
Dee,
ReplyDeletekebetulan...Fahd menguraikannya dengan sangat fantastis, ckckck... saya selalu merasa 'kere' berhadapan dengan kalian para Juragan Kata. Aksara seolah milik kalian;)Dan kadang merasa seperti Cuplis yang terkenal dengan ajiannya,"eeh, maksudku juga mau bilang begitu"
kebetulan, dibentuk dari kata dasar b e t u l
betul buah rasanya
betul buah pikirnya
betul waktunya
betul ruangnya
dan terakhir
betul frekuensinya
ibarat mendengarkan radio, modal utama adalah minat, kecintaan, rasa. Kecintaan pada dangdut melayu misalnya (saya demeeeen banget, hehehe) mendorong seseorang untuk menyetel frekuensi yang mengudarakan lagu dangdut Melayu..katakan 108,5 FM...pada saat yang sama dua, tiga atau mungkin beberapa orang yang lain juga memiliki kecintaan dan minat yang sama berada pada frekuensi yang sama. Jadilah, pada detik itu, beberapa orang sama-sama menikmatinya. Tanpa disadari kelindan minat terjalin. Lalu, bila dalam acara tersebut dimungkinkan suatu interaksi antar pendengar, semisal diberi kesempatan untuk berbagi memori dari lagu yang diorder atau diputar dan endapan rasa yang dibagi mungkin ada yang klik dan merasa terinspirasi. Detik itu kelindan rasa terjalin. Menurut saya semakin kental buah rasanya, semakin kuat gaya magnet yang mempertautkan sebuah bentuk kelindan. Bila inspirasi yang 'klik' tembus kulit, tembus daging, tembus sumsum, seawet mummi, inspirasi akan awet di bawah alam sadar. Energi inspirasi inilah yang memungkinkan tarik menarik setiap bentuk kelindan memberinya waktu dan ruang. Ketika waktunya sampai, jodoh itu matang.
Terima kasih Dee
Terima kasih Reza
Terima kasih Fahd
Terima kasih Anton
dan
Terima kasih Sandi
Saya yakin, bukan hanya kelahiran ini saya mendapat banyak inspirasi dari kalian,
inspirasi untuk membaca hidup,
inspirasi yang memberi jalan tumbuh bagi benih pengetahuan hidup dalam diri saya
salam hangat
Chindy Tan
perahu kertas mengingatkan pada sosok diriku, di satu sisi hanya dapat melukis karena mempunyai inspirasi orang yg dicintai, di sisi lain mesti ceria dan selalu menyembunyikan kegundahannya. keren banget!!!! perahu kertas menarikku pada masa-masa dimana hidupku yg penuh bertabur mimpi dan berjuta harap.
ReplyDeletewaduuuuuuuuh... aku ketinggalan nih mbak, kapan ke jogja lagi? pengen perahu kertas saya ditandatangani niy... hehehe...
ReplyDeleteKOREKSI untuk PERAHU KERTAS
ReplyDeleteDee, ada sedikit koreksi pada Novel Perahu Kertas Halaman 365. Seharusnya bukan tertulis Selat Sunda, Mei 2003..tetapi Selat Bali, Mei 2003 karena saat itu Luhde sedang dalam kapal laut di selat antar Bali dan Jawa. Sedangkan Selat Sunda menghubungkan antara Sumatera dan Jawa.
Saya sudah sms ke Ibu/Bpk Jenny Jusuf untuk koreksi kesalahan ini.
Salah seorang penggemar beratmu.
Firdaus Amyar
PS: Perau Kertas karyamu saya baca dalam satu hari setelah membelinya di Gramedia. Seharian tidak bisa berhenti membaca. Salut. Saya sangat suka.
KOREKSI untuk PERAHU KERTAS
ReplyDeleteDee, saya penggemar beratmu.
Kemarin beli Perahu Kertas di Gramedia dan seharian baca tanpa putus akhirnya kelar juga. Gak bisa berhenti membaca..hehe
Ada sedikit yang menggganggu saya.
Pada halaman 365 tertulis Selat Sunda, Mei 2003..bukankah harusnya Selat Bali karena Luhde berada di selat antara Bali dengan Jawa sementara Selat Sunda ada di antara Jawa dan Sumatera.
Terus berkarya ya Dee..
Saya selalu menantikan tulisanmu..
Salam
Firdaus Amyar
Halo Firdaus,
ReplyDeleteTerima kasih untuk inputnya. Memang ada kesalahan editorial, yang benar memang "Selat Bali". Akan diperbaiki di cetakan ke-3, karena cetakan ke-2 kemarin sudah keburu naik sebelum film sempat diperbaiki. Sudah banyak juga yang menanyakan hal ini.
Thank you sekali lagi,
~ D ~
hmm..aku udah telat banget nih tau tentang Perahu Kertas. Aku tahu setelah baca reviewnya di blognya Kak Fahd. Perahu Kertas bagus banget..tokohnya aku banget, Kugy suka nulis, aku juga suka, Keenan suka melukis, aku juga suka banget..klop!
ReplyDeleteSalut buat Mbak Dee..
sekarang aku sudah berlayar bersama Perahu Kertas menjadi agen non-aquarius.
:)
Sama, saya telat tahu nih ada buku baru Dee.
ReplyDeletePadahal baru aja pulang dari Bandung. Kayaknya di kotaku belum beredar, ya?
Saya tinggal di Garut.
Dee, tulisan2mu selalu penuh kejutan dan inspiring. Ohya, sudah lama saya tidak lagi membaca tulisan lepasmu di kolom2 surat kabar.
ciamis bahagia dengan kehadiran perahu kertas.
ReplyDeleteada satu pertanyaan.
knapa hanya tuhan yg bisa adil?
sementara kita hanya mendekati
saya terkesan dengan novel perahu kertas terutama ketika memunculkan karakter Kugy yang sederhana tapi mempunyai karakter, Si Pilik dan Sekolah Alit. Yang membuat semakin tersentuh Pilik harus meninggal dunia karena nasib tidak mampu untuk berobat akibat tinggal di tempat yang memilukan.Tema sosial seperti ini yang membuat saya terkesan. Saya harap di novel berikutnya tema-tema kesederhanaan, kejujuran tetap menjadi andalan Dewi Lestari. Sukses selalu.
ReplyDeletelate to read but through..
ReplyDeleteperahu kertas yg sangat perahu kertas..
dibaca
digemari
dan ga dilupain.. *seperti yg kita buat pas masih kecil dulu-memorable **semoga
sure u've got a crazyminds teh.. nd i love it, :P
-with every single of joy to transform-perahukertas
novel selanjutny apa teh? layar kertas??? :P
ini pertama kali aku baca karya Dee. awalnya aku kurang tertarik, pilih novel kan liat pengarangnya. Tapi aku salah Dee, salah besar!, aku keliru, keliru! Maaf ya Dee !
ReplyDeleteKamu cerdas, kamu asik banget, awalnya isenk lalu aku gak bisa brenti baca kamu, gaya bahasanya mengalir gak ngebosenin, kisah cinta kugy-keenan ngegemesin. cinta sejati itu ada ya Dee ?
sejuta cinta untuk kamu Dee. aku bakalan baca karya2 kamu yang lainnya.
amazing!!!!!!!!!!
ReplyDeleteinspiring!!!!!!!!
bener-bener asyik....
ada tawa. ada bahagia. ada tangis. ada sedih. seperti gado-gado. mengesankan. berliku. berpetualang. hebat, hidup, semangat, cita-cita dan cinta....
alurnya bagus dan karakter tokohnya sgt kuat n konsisten. salut!
ReplyDeletetapiii ada yg ngganjal, kenapa utk adegan2 yg krusial malah terjadinya dibuat 'tidak sengaja', seperti saat Kugy ketemu Wanda di supermarket shg tau bhw keenan berhenti sekolah dan keluar dari rumahnya, kugy ketemu Luhde di pura, dan keenan berpapasan dgn remy di suatu kantor. bandung, ubud, jakarta kan luas, seberapa besar kemungkinan org2 itu bisa ketemu.. jadi kyk adegan sinetron kita deh, sayang banget, agak maksa ;p..