Sunday, October 28, 2007

Day 8 – The Unstoppables


Hari ini terjadwal sebagai Reuni Akbar SMA 2. I went there after lunch, dalam keadaan mengantuk, tapi tekad tetap bulat untuk berangkat. Spent two hours there, admiring the legendary, gigantic, rubber tree in the center of my highschool, met some old friends, did dozens of pictures with the unknown. Dan terakhir berfoto bersama Pak Maman, satpam sekolah yang dengan fasihnya membuat tanda ‘victory’ saat berfoto, yang barangkali dimaksudkan sebagai “dua” alias SMA 2. I was compelled to do the same. So there we were, with victorious smile and two v’s.

It was four thirty when I was back at home. Batere yang sudah mau drop mendekati minus mendadak terisi kembali, and I felt like I could do some serious writing today. So I packed up my laptop and headed to my head quarter. I was unstoppable.


Sampai di markas, beres-beres bentar dan langsung menulis. One page. And it was almost seven. I heard a knock at my door. When I opened it up, there were my neighbors. Anda, Dian, and Nurul. Mereka mau cari makan, and wondered if I would like to come along. Mereka merencanakan jalan kaki ke Simpang Dago untuk mencoba warung bakso baru yang menjual aneka bakso ‘aneh’ yakni bakso isi keju, bakso isi bunga, dll. First, I am a vegetarian. Second, even if I still eat meat, I wouldn’t dream to eat something like ‘bakso isi keju’, not to mention ‘bakso isi bunga’—I don’t think anybody should eat them, but it’s their rights and I completely respect it. Third, I am three pages short, and I’d like to be back home before ten. So I had to skip my neighbors’ offer. But you know what? Rasanya kok—asik, ya. Anak kos banget getoh. Jalan kaki, cari makan, hang out dengan anak-anak kuliahan yang beda angkatannya minimal sepuluh tahun dengan saya, and see if I could still fit in. Heheh. And you know something else? Mereka menyebutkan satu nama anak kos di sana. The name was Noni. The exact same name with one of my main characters, yang merupakan sahabat Kugy sejak kecil sekaligus tetangga di kosannya. Can you believe it? Not just this place has a car with KK’s plate, it also has a tenant called Noni. This is synchronicity part 2.

Almost three pages. I worked my ass off. Suddenly, from the left corner of the bed, came out my number one ‘enemy’… cockroach. Big, fat, cockroach. Saya langsung melesat keluar, looking for some aid. I didn’t have the guts to catch it, nor I had any weapon to kill it. My neighbor, Nurul, lent me a can of Baygon. I sprayed, and sprayed. Poor creature. But I had no better choice. Terpaksa saya melanjutkan menulis di meja luar, sambil menunggu uap Baygon mereda. Nurul assured me that the roach was dead as we spoke. And after I waited, I opened the door… came out that same roach, running like there’s no tomorrow. Man. That dude was unstoppable.

I was still one page short. Knowing that roach was now joining me outside, I had to go back in, despite the suffocating Baygon air. But I had decided to be unstoppable today, just like that roach. So I hit my iBook keyboard, on and on, until I saw the light of my fourth pages. It dawned on my screen, gradually.

It was almost ten. My work was done for today. My apology to that unstoppable roach. Yet, its spirit had inspired me.

And why oh why there are many pictures in today's posting? Semata-mata karena... kelebihan waktu, kurang kerjaan, dan kecentilan.

10 comments:

  1. Mbak, akhirnya muncul juga blognyah...
    jadi semangat niy daku :D

    mbak, kalo semept, kunjungi blogku ya
    htt://pertama.blogdrive.com

    salam,

    ken

    ReplyDelete
  2. Wah kasihan sekali kecoak itu mbak...kok nggak pake sapu adja diusir keluar...
    mana tahu dia cuma mau kenalan sama mbak Dee :)

    ReplyDelete
  3. mungkinkah the roach is 'rico'? hehe..
    kadang aku ngerasa 'so many to do so little time' itu gue banget! tapi setelah ngebaca perjalanan si perahu kertas.. aku jadi malyu.. haha..
    dan sebagai kecurigaan kecil yang terpendam: jangan-jangan sebenarnya jurnal 55 hari ini sebenernya proyek perahu kertas itu sendiri, karna bikin nagih dan senyum-senyum sendiri, kaya candy-candy minus nangis-nangisannya.. huahaha..

    ReplyDelete
  4. Centil juga gpp kok, hidup centil!! Hehehehe..

    Btw, kok bisa sih Mbak, ide mengalir deras sampai ga bisa berhenti. Saya sering merencanakan menulis, tapi kepentok nggak ada ide. Padahal bukan menulis novel loh Mbak. Jurnal telekomunikasi saja. Apa saya kurang imajinasi ya Mbak? Atau kurang pengetahuan? Atau terjebak dengan rutinitas? :)

    Oya, selamat jadi anak kos baru ya Mbak.

    ReplyDelete
  5. Kalo udah urusan dengan kecoak, saya nggak berani bertarung jarak dekat. Buat saya sapu itu masih termasuk tarung jarak dekat. Paling maksimal dengan semprotan. Kalo kecoaknya terbang? Nggak ada cerita. Saya pulang! Forget Baygon, forget sendal, forget sapu, forget the world!

    Untuk Intan, kepinginnya sih saya juga cuma ngerjain jurnal ini doang, tanpa the real thing. Unfortunately, this journal is just my side project. An occasional escape when the real thing becomes stressful. Heheh.

    Ide itu nggak selalu mengalir deras, kok. Lebih sering diperjuangkan demi sekadar bisa menetes. Saya banyak terbantu oleh beberapa buku yang saya sebutkan di posting "an open invitation". Kamu cek aja di internet. Itu nggak berlaku buat fiksi doang, kok. Nonfiksi juga bisa, termasuk jurnal komunikasi tentunya :)

    ReplyDelete
  6. Mbak, kasian kecoa-nya.
    Tetep makhluk hidup..Seperti cerita si Endang Penyu itu.
    Lebih baik diusir pakai sapu saja :)
    Dan jika percaya dengan reinkarnasi,
    maka kita telah terlahir berulang kali sejak waktu yang tak berawal dan tentu kita telah punya banyak sekali ibu-ibu yang sekarang entah terlahir sebagai apa. Mungkin saja kecoa itu adalah salah satu dari mereka.
    Kita tetap harus kasian :)

    ReplyDelete
  7. Setuju banget, Fitri. Apa yang kamu bilang adalah benar sebenar-benarnya. Agaknya kecoak memang menjadi my main bodhicitta challenge in this lifetime :) Dan sepertinya yang harus saya lakukan terlebih dahulu adalah overcoming my fear towards it.

    ReplyDelete
  8. Mbak Dee, Itu anjing Goldennya punya mbak Dee apa punya pemilik kostnya ?

    ReplyDelete
  9. baru tau ternyata mbak dee pake apple juga???
    da beli Leopard lom...?
    kalo uda di'approve' sama mami bwat beli, pasti aku lgs beli... hohohoho...

    ngomong2, jgn bilang kalo flipflop-nya dari
    charles&keith juga???

    ReplyDelete
  10. Anjingnya punyaku. Namanya Zeus. Saya berfoto di teras rumah sebelum berangkat ke markas, ceritanya. Hehe.

    Iya, pakai Apple juga. Tapi belum apply Leopard tuh. Flip-flop? Haha, baru pertama nih ada yang nanya begini. Merknya Urs Inc.

    ReplyDelete