7. This may be my exclusive, subjective experience, but I personally found that these things are counterproductive, distractive, and dangerous for our writing, for they may interrupt our working session, suck dry our energy, and taking up so much of our precious time. People, if you’re into serious writing where every hour counts, stay away from these poisons: FRIENDSTER, FACEBOOK, MY SPACE, MAILING LIST.
8. Seperti halnya anggur, tape, tempe, peuyeum, saya pun percaya bahwa tulisan adalah ‘makanan’ yang harus melalui proses fermentasi yang pas dan memadai untuk bisa matang. Terkadang proses fermentasi ini menjadi barang mewah saat kita dikejar deadline yang mepet. But trust me, this phase is very important. May it be a day or a week, give our writing a time to ripen. Close your manuscript and leave it untouched. Then, after a while, read it again and watch for yourself how the magic starts to happen. Yes. Your writing will reveal its true face. Most of the time, it gets uglier. But this is the true reality, and we need to face it. Justru pada saat tulisan kita menunjukkan wajah aslinya, kita punya kesempatan untuk memperbaiki apa-apa saja yang sekiranya kurang. Based on my experience, this fermentation process should be at least 5 days. Two weeks will be perfect.
9. Careful, though, the fixing process may seem endless. Each time we ferment our writing, we’ll always find some new things to fix. Jadi, biasanya saya hanya membatasi sampai tiga kali. Selepas tiga kali… just let it go. Ikhlaskan. Ini pun ujian yang cukup berat untuk para penulis, yakni: menarik garis usai. Sampai hari ini pun terkadang saya masih gatal ingin memperbaiki manuskrip Supernova, atau Filosofi Kopi. But I know, once they’ve ripened, we need to honor our writing as it is. Berhenti di satu titik usai, dan menerima karya kita apa adanya. Our flaws and imperfections may still be there, but embracing them means we embrace ourselves, including our mistakes and weaknesses. I tell ya one secret: no work is perfect. Makna kesempurnaan bagi saya bukan lagi karya tanpa cacat, melainkan penerimaan yang menyeluruh dan apa adanya.
Wednesday, October 31, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
All those Self Reminder Tips berlaku untuk penulisan thesis juga ga ya?
ReplyDeletedah 1 semester pending. Pengen buka textbook + journal2 itu ko rasanya... undescribeable.
Mbak Dee...Buat point nomor 7..apa blog nggak termasuk..he..he..he..
ReplyDeleteUntuk Jooliet: pada prinsipnya, proses penulisan adalah proses penulisan. Fiksi atau nonfiksi akhirnya akan menemukan tantangan yang kurang lebih serupa. Walaupun tentu saja tips2 saya sejauh ini dititikberatkan pada fiksi, dan merupakan hasil dari pengalaman menulis fiksi. Saya sempat mencoba menulis nonfiksi juga (tapi sekarang di-pending dulu demi menyelesaikan proyek ini), dan sebenarnya tantangan elementalnya sama2 aja.
ReplyDeleteUntuk Wira. Buat saya, dalam dunia nge-blog ini masih lebih banyak manfaat yang saya rasakan. Bagi saya, ini adalah wahana untuk melatih menulis dan juga berbagi. Hasilnya? Jelas ada. Banyak tulisan dalam blog ini yang berhasil dimuat di media. Ada honornya. Hehe. Tapi semaleman sampai subuh tadi wara-wiri di Facebook, udah bikin capek... nggak ada hasil... orang2nya juga saya kenal semua in real life. It's fun when we don't have much to do, dan memang sedang ada waktu lebih. But like I've said, at this stage, pembatasan dari dunia internet sangat terasa faedahnya.
FACEBOOK ROCKS!!!
ReplyDeleteXD
<3<3<3