I realize this is a rather unique situation. Here I am, writing a journal of my creative process, of a book that cannot be immediately read and enjoyed by all of you who have visited this blog, and knew about its process inside out. You do not know the book yet, and yet you know the insight story of its birth.
Writing a synopsis is the best that I can offer for now. I hope you’re all willing to accept this small gift.
There aren’t many people who directly witness this ‘creative birth’ process as well. Only those who live in the same house with me, the three girls that were my neighbors in kos-kosan, and a few friends that somehow affected by this writing project (karena antara lain saya jadi menghilang, buronan segala pekerjaan yang tertunda, dsb).
I can start my thank list now, but I’m afraid it will be too long and somewhat immature. Daftar itu sepertinya masih akan berkembang. Nevertheless, I thank Kib Roby and his wife Diah, also my dosen back in Unpar, Pak Nyoman, for the Bali/Balinese information. I thank Mulki for his precious info and photos on Ranca Buaya, which I had to pick up very late at night. I thank my lil’ sis, Dede, yang sudah berbaik hati ngeprint draft. I thank Ogin, Teh Enny, Berna, who had taken care of me and made all this process possible. And the list goes on and on… tidak akan saya lengkapi sekarang… but, I am forever in debt and grateful for the support from my producer/dearest friend/soul mirror, Reza, who had shown his deep passion and enthusiasm towards this project from day one (he was the one who gave me the Steve Manning e-book, btw). His geeky and systematic nature had helped a lot to map out my frantic scheduling. His presence has been such a profound healing and delightful refreshment throughout this magical and occasional hellish journey.
And since he’s the only one who has read the draft from page one till finish (I haven’t even finished it! Shame on me!), and probably the only “Perahu Kertas” reader I have from today till six months later, his feedback is the only review and endorsement that I have for now (yang kebetulan sudah tercicip nuansa pengamat sastranya, hehe). Tak lengkap rasanya jika menuliskan sinopsis tanpa ada komentar umpan balik. Sinopsis bagi saya hanyalah cerita terkondens, tapi impresi yang ditangkap pembacalah yang menjadikannya hidup. So, demi melengkapkan siklus tersebut, saya akan tampilkan komentar Reza berikut ini (taken from his comment on my previous posting):
“Atas nama objektivitas, saya harus mengakui betapa sulitnya menjadi produser informal, sahabat dekat penulis sekaligus pembaca pertama Perahu Kertas dan sekaligus berusaha memberikan sudut pandang yang jernih.
Tertawa terpingkal-pingkal, haru, bercermin ke dalam, sedih, gemas, momen ‘bohlam menyala’ serta ketulusan yang tidak dibuat-buat. Barangkali hanya spektrum rasa diatas berbalut kekaguman mendalam yang bisa saya ungkapkan tentang tulisan ini.
Sebuah kisah cinta yang sepintas terlihat sederhana dan populer dihadirkan dengan detil-detil dan alur cerita yang khas Dee: mengejutkan, mengharukan, dan menggiring saya untuk tak bisa berhenti membaca. Dan di tengah-tengah momen emosional antara berbagai karakter yang terasa sekali pematangannya, penulis tiba-tiba menghantam sisi filosofis saya tentang cinta, kejujuran, menjadi diri sejati.
Di akhir cerita, saya mendapatkan diri sendiri, berlinang air mata, entah bersyukur, entah kagum, atau karena tidak menyangka bahwa saya bisa tersentuh begitu mendalam lewat cara pengungkapan yang begitu ringan.”
Mudah-mudahan review sekaligus sinopsis yang sudah saya muat di sini mampu melengkapkan perjalanan awal "Perahu Kertas". Sekali lagi, terima kasih untuk segala dukungan, kunjungan, dan doanya.
Pic #1: Me and Reza, celebrating “Perahu Kertas” birth over lunch at FJ, Darmawangsa Square.
Tuesday, March 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
*over-excited*
ReplyDeleteengga sabar pingin baca :)
-stella
Yah, walaupun saya pingin protes karena dibatasi eksklusif untuk pengguna XL, tapi saya sangat menunggu versi digitalnya deh mbak. Even if that means that I have to buy another cellphone :D
ReplyDeleteAgak out of the topic sedikit, Supernova-nya kapan berlanjut nih mbak? Udah gatel, walaupun digaruk sedikit-sedikit dengan filosofi kopi, dan perahu kertas ini nantinya.
Again, congrats ya mbak. Saya pasti download (atau gimanapun lah metodenya nanti) perahu kertasnya, dan menunggu versi cetaknya juga.
=)
Yang paling berkesan buat saya ketika membaca karya2 Dee adalah gaya penulisan kalimat yang pendek, namun impresif dan kadang mengejutkan.
ReplyDeleteDan gak tahu kenapa, setelah baca sinopsisnya, yang paling bikin penasaran dari cerita perahu kertas ini adalah penggambaran karakter masing-masing tokoh di cerita ini...
anyway, congrats ya, akhirnya perahu kertas datang juga!
mbak D.. jadi launch besok?
ReplyDelete*ngarep*
ga sabar pengen baca..
mudahmudahan tak ada penundaan..
^__^
asik, aku pelanggan XL :)
ReplyDeleteiya.. nggak sabar pengen bacanya
ReplyDeletecan't wait to read it too, bu
ReplyDelete:)
Akhirnya datang juga..
ReplyDelete*sumringah*
Supernova diparkir dulu juga gpp deh.. yang pasti "tarif perjam" (isi) nya "mahal" (maknyuz..) :)
Baru tau ttg blognya Dee dr koran Sindo, nyesel..telat banget taunya. Baca blognya 5.55hr dikebut 2hr. Phew..
ReplyDeleteYg tadinya memang sdh suka sm Dee (RSD, Supernova, Filosofi Kopi, not to mention model2 rambutnya Dee yg selalu keren!) jd tbmh suka. Apalagi saya jg working mom yg punya anak balita, yg sering merasa kekurangan waktu u/ mengurus ini itu, setelah baca blognya Dee membuat saya berfikir ulang ttg "waktu" yg sering saya keluhkan selama ini.
Anyway..ga sabar nunggu Perahu Kertas versi cetak (krn bukan pengguna XL), juga ga sabar banget nunggu lanjutan Supernova, tau ga Dee..saya sampai beli KPBJ yg cover baru & baca ulang, LDGN {lumayan daripada gue nunggu ;)} lanjutan Supernova.
Sukses terus ya...
Dayan
Mbak, saya datang lagi. Walau terseok -seok, 'bayi' saya sdh berkembang 3.000 kata.Novel ttg bunga.Ketika saya lelah lg, sy mampir ke sini utk ngopi :).Tp kok hidangannya enggak berubah ?
ReplyDeletePunten...
ReplyDeletePerahu Kertas tuh judul salah satu puisi
sapardi djoko damono kan?
emang boleh ya dipake lagi buat judul novel?
maklum, org awam...
tp aq suka karya2nya si teteh qo..
smangat!!!
Hi Naya,
ReplyDeleteSetahu saya, "Perahu Kertas" sebagai sebuah objek maupun benda tidak di-hakpaten-kan oleh siapa pun. Dan pemaknaan "Perahu Kertas" dalam karya Sapardi maupun novel saya pastilah berbeda.
Satu lagi, format buku kami, saya dan Pak Sapardi, juga berbeda. Beliau menuliskan puisi, dan saya menuliskan novel. Kebetulan saja objeknya sama2 perahu kertas. Tidak ada bedanya jika saya menulis novel bertajuk "Daun Plastik" dengan seseorang menulis puisi dengan judul sama. Daun plastik sebagai benda merupakan objek bebas yang merupakan hak siapa pun untuk penggunanya.
Thanks,
~ D ~
Dear mba dee,
ReplyDeletesekedar meluruskan sedikit "istilah" yg dipergunakan...kebetulan saya bekerja di tempat dimana urusan Hak paten - Hak cipta dan sejenisnya didaftarkan...:)
mungkin dihakpatenkan bukan istilah yang tepat untuk dipake disini, coz biasanya yang diberi hak paten itu berhubungan dengan teknologi dan prosesnya, sementara klo yg berhubungan dengan karya-karya sastra, tulisan, dan sejenisnya bentuk perlindungannya adalah hak cipta..
hak cipta itu sendiri perlindungannya otomatis, tapi klo mau lebih kuat (sebagai bukti hitam di atas putih klo2 ada urusan dengan pihak pengadilan atau terjadi pelanggaran) bisa didaftarkan ke direktorat jenderal hak kekayaan intelektual.
bener kata mba dee, istilah perahu kertas itu sendiri adalah istilah umum, apalagi bentuk karyanya beda, yang satu puisi, yang satunya lagi buku..selama konten yang ada tidak mengadop sama sekali dari puisinya bapak sapardi, itu ga masalah.
andaikan mengutip pun itu juga ga masalah, selama bapak sapardinya tidak berkeberatan..:)
mohon maaf ya mba klo tidak berkenan...
ciao,
[a]
Dear BlueEyes,
ReplyDeleteMakasih banget ya untuk informasinya... Berguna banget kalo ntar ditanya orang. Karena kakak saya pun bertanya hal yang sama. Hehe.
Secara isi memang nggak ada adopsi sama sekali dari puisi Sapardi.
Thanks sekali lagi,
~ D ~
kapan keluar di pasaran,mbak dee?
ReplyDeletetelat ngoment eum...tapi sumpah!w jatuh cinta ma keenan..
ReplyDeletenovel yang bikin w sakit perut!