Obrolan saya dengan Butet Kartaredjasa beberapa hari yang lalu memberikan saya pencerahan kecil tentang apa yang terjadi dengan saya sekarang ini.
Sewaktu syuting kemarin ini, kami berdua sempat mengobrol soal kegiatan Mas Butet yang baru saja kelar mementaskan sebuah monolog. Saya bertanya tentang cara dia mempersiapkan diri, dsb. Lalu Mas Butet menambahkan satu poin yang menjadi pencerahan bagi saya, beliau bilang: “Salah satu hal yang paling sukar dari pementasan adalah masa sesudahnya. Bukan hanya persiapannya. Memadamkan adrenalin dan cengkeraman kita pada pementasan itulah yang butuh waktu panjang. Saya pasti susah tidur berhari-hari. Dan saya biasanya hanya mau pementasan paling banyak setahun sekali.”
And I thought… that’s exactly it! That’s what I’ve been experiencing, and I still am. Dan saya terpukau sendiri, kok bisa-bisanya saya meluputkan satu faktor penting ini. Setelah berkarya empat buku, I knew exactly how that felt. Tapi masalahnya belum pernah saya diimpit multi-deadline sekaligus, jadi situasi ini terbilang baru. Namun saya dengan naifnya sempat bingung, kok saya nggak bisa nulis, ya? No matter how I pushed it, nothing came out. And I thought I was just making excuses for myself.
Ibarat orang baru melahirkan, selalu terjadi luka yang butuh waktu penyembuhan. I have experienced both physical birth and creative birth. And for some time after those births, I remember of living a limbo-esque period. Rasanya kayak nggak di sana, nggak di sini. My mental still clenched and grabbed onto my old project—yang bahkan belum berakhir karena tanggal 25-27 Nov ini saya masih harus rekaman lagi. But my logical mind told me to go on with the timer. And so here I am.
Tell you the truth, I really dunno when this ‘wound’ heals. It may take days, or weeks. Dan dengan timer yang sudah telanjur saya nyalakan kembali tanpa memikirkan faktor ‘luka’ pasca-produksi, I really dunno if I can make it. But I am less worried about it. Thanks to the enlightening conversation I had with Mas Butet.
Besok akan kembali menyusuri Jawa Barat bersama Rida dan Sita sampai hari Minggu. Saya putuskan untuk membawa Keenan serta agar kami bisa liburan sejenak memandangi gunung dan sawah.
Domba Garut… here we come!
Thursday, November 22, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Met rekaman sembari bercengkerama dengan buah hati :). Enjoy ur day, to be productive n happy :).
ReplyDeleteteh dewi,,
ReplyDeletebukan manusia deh kayaknya kalow nggak punya hasrat,,jangan berhenti teh,,deadline kan cuma garis mati,[hehee] yang hidup itu kita, knapa harus terpaku sama sebuah garis mati? teh dewi, keep amazing yah,
jangan pikirin si garis mati deh teh,,cmangad!!!!
PS. salam buat si cia elektra teh, sama si cica watti juga. mreka apa kabar ya teh,, ^_^
WHEW, Mbak Dee? U know what? Reading ur journey makes me realize i've got a company.
ReplyDeleteI tell u what. I got a thesis to finish in less than 2 months and the proposal has not been approved! (deadline: Jan 31st)
I copied the link of yours to put in my blog yach? It's really nice to know, in moment of struggle like this, that I got a company. And it's not just any company, it is Dee, the writer of books to which I've been spending my fond like hell.
Can u believe it? I read the three series of Supernova over and over again without losing any admiration. Such adorable masterpiece.
That's why, although the one u're writing now has no connection with SUPERNOVA (which i am so thirsty for), I would love to encourage you!! My thesis is also going nowhere for the moment.
GANBATTE KUDASAI!!
-vida-